Humas IAIN Parepare--- Meski terbilang baru, Pusat Studi Gender dan Anak yang menjadi salah satu pusat studi pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare langsung menjalankan program-program strategisnya.
Bertempat di Gedung Akademik Lantai 1, Jumat,14/3/2019, lembaga yang baru terbentuk pada bulan Februari tahun ini menggelar kajian ilmiah seputar pendidikan literasi media sosial (perempuan, hoax dan politik).
Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Hasnani menjelaskan, program kajian ini merupakan kegiatan yang akan rutin dilaksanakan tiap bulan. Kajian ilmiah merupakan tradisi akademik yang harus tumbuh kembang dalam lingkungan kampus. "Sebagai lembaga studi, maka kami akan mendorong program kajian ini sebagai kegiatan strategis dan prioritas agar menjadi cerminan dalam membangun suasana dan iklim akademik-ilmiah di kampus," katanya ketika ditemui sebelum acara kajian dimulai.
"Kedepannya, Pusat Studi Gender dan Anak akan menggalang kelompok-kelompok dan organisasi perempuan yang ada sebagai mitra kerjasama dalam menggelar berbagai kegiatan, khusus kegiatan pemberdayaan perempuan dan anak,"paparnya.
Pada kajian perdana ini, Pusat Studi Gender dan Anak menggandeng Dharma Wanita IAIN Parepare sebagai mitra dalam menggelar kegiatan. Sitti Muliyani sebagai Ketua Dharma Wanita IAIN Parepare menyambut baik atas terlaksananya kegiatan bersama ini. "Kegiatan Dharma Wanita yang selama ini hanya bersifat silaturrahmi, tetapi dengan adanya kerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak maka ada kegiatan kajian. Kita mengucapkan syukur dan terima kasih atas kerjasama ini" ujar saat memberikan arahan.
Sementara itu, Nur Nahdiyah yang menjadi narasumber dalam kajian tersebut menguraikan tentang perkembangan teknologi komunikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kepada kaum perempuan atau kalangan ibu-ibu. "Kita sekarang berada pada era modern, semuanya serbah canggih, khususnya alat komunikasi. Melalui alat komunikasi berupa smart phone, ibu-ibu sudah bisa telponan dengan siapa saja sambil masak di dapur atau bahkan dari dalam kamar mandi. Dulu, kita berbicara melalui telpon hanya mendengar suaranya saja, tetapi sekarang kita sudah bisa telponan dengan melihat langsung orang yang kita ajak bicara melalui fitur yang tersedia di smart phone," papar mantan Ketua KPUD Parepare ini.
"Tetapi kecanggihan smart phone ini, bukan tanpa masalah. Karena rupanya, melalui teknologi komunikasi ini, justru gosip, fitnah, caci maki, ujaran kebencian dan hoax semakin merajalelah khususnya dikalangan ibu-ibu" kata Nahdiyah mengingatkan. "Apa lagi, tahun ini adalah tahun politik. Banyak orang yang menyalahgunakan smart phone, menggunakannya untuk menyebar fitnah dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya. Media sosial kita hari ini, tengah dibanjiri berita-berita bohong atau hoax dan sasarannya adalah perempuan" tambahnya.
"Oleh karenanya, kita musti hati-hati membaca setiap berita yang bersumber dari media sosial. Jangan langsung percaya, apa lagi menyebarkannya. Kita harus menganalisa kebenaran, sumber dan dampak yang timbulkan suatu berita, sebelum menyebarkannya kepada orang lain" paparnya memberi tips kepada ibu-ibu yang mengukuti kajian. "Jangan gampang menyebar berita. Sekarang ada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang Informasi dan transaksi elektronik. Jika kita menyebar hoax atau kebohongan, fitnah, ujaran kebencian, dan lain sebagainya, maka kita akan dijerat dengan UU ITE tersebut, kita bisa di pidana dengan hukuman penjara" ulasnya.
Kajian yang diikuti sekitar 50 an orang peserta ini berakhir sekitar pukul 16.30 wita dan ditutup dengan acara pengundian pemenang arisan Dharma Wanita IAIN Parepare yang dilaksanakan setiap bulannya. (s.s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar